Banyak permasalahan yang dapat dianggap sebagai agenda besar sistem komunikasi Indonesia. Dan menurut pemahaman saya dalam melihat realitas yang ada di masyarakat saat ini, yang menjadi agenda besar sistem komunikasi Indonesia adalah keberadaan dan peran media massa sebagai sumber informasi dan komunikasi utama bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini, kehidupan masyarakat Indonesia tidak dapat terlepas dari peran media massa. Media massa memiliki empat fungsi praktis, yakni fungsi informatif, edukatif, hiburan, dan kontrol sosial.
Masyarakat membutuhkan informasi yang aktual dengan mudah, praktis, dan cepat. Media massa menyajikan beragam informasi tentang peristiwa-peristiwa di masyarakat yang dikemas melalui tayangan berita televisi dan berita pada media media cetak atau newsletter. Dengan adanya media massa, masyarakat mempunyai akses yang mudah untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Tidak hanya itu, media massa juga menjadi media yang memberikan hiburan kepada masyarakat. Melalui media massa, masyarakat tidak hanya dapat mengakses informasi, tetapi juga menikmati hiburan yang disajikan. Contohnya seperti tayangan sinetron, komedi, drama, dan lain-lain. Fungsi lain media massa adalah memberikan tayangan yang mendidik bagi masyarakat. Idealnya, dalam tayangan acara yang disajikan maupun konten tulisan yang dimuat oleh media massa, haruslah memuat unsur edukatif yang dapat menambah pengetahuan masyarakat. Dan fungsi terakhir yang dimiliki oleh media massa adalah fungsi kontrol sosial atau surveillance. Media massa berperan sebagai media pengontrol, terutama terkait dengan sistem pemerintahan. Karena media massalah yang menjadi monitor penghubung antara pemerintah dengan masyarakat.
Empat fungsi di atas merupakan empat fungsi ideal yang seharusnya dijalankan oleh media. Apabila media dapat menjalankan empat fungsi tersebut, maka sistem sosial dalam masyarakat yang mana melibatkan media di dalamnya, akan dapat berjalan secara berimbang. Tetapi kenyataan yang kita dapati pada realitas yang ada di Indonesia pada saat ini adalah tidak demikian. Sebagian besar kalangan menilai bahwa media massa saat ini belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Media massa dianggap hanya menjadi alat komersialisasi dan sarana untuk menjalankan kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Indonesia menganut sistem pers bebas bertanggung jawab. Tetapi dalam praktiknya, kebebasan inilah yang kerap kali disalah artikan dan disalah gunakan sehingga merugikan masyarakat sebagai konsumen media massa.
Sudah menjadi rahasia umum apabila saat ini media sudah ditunggangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu. Entah itu kepentingan ekonomi, maupun politik. Hal inilah yang menyebabkan media tidak menyampaikan informasi secara berimbang atau cover both sides. Beberapa bahkan sebagian besar media Indonesia menjadi alat untuk melancarkan kepentingan pribadi ataupun golongan. Seperti yang telah kita ketahui, beberapa media besar yang ada di Indonesia dimiliki oleh perseorangan yang pada dasarnya memiliki kepentingan pribadi dalam praktik medianya. Baik itu kepentingan ekonomi maupun politik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ideologi pemilik merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi ini media. Inilah yang menyebabkan mengapa isi media tidak lagi mengutamakan keempat fungsi media dan keberimbangan sebuah informasi, tetapi lebih kepada bagaimana mensetting sebuah agenda agar mindset masyarakat dapat terbentuk sesuai dengan apa yang telah diagendakan oleh media.
Yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah kepentingan politik yang begitu terlihat dalam tayangan media massa, terutama tayangan berita. Seperti yang telah diketahui, beberapa media besar yang menjadi konsumsi masyarakat dimiliki oleh tokoh-tokoh politik besar yang sedang bersaing untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Di sinilah ideologi pemilik memiliki peranan besar. Mereka menjadikan media massa yang dimilikinya sebagai alat kampanye politik atau bahkan untuk menjatuhkan lawan politiknya dengan menyajikan informasi yang dikemas secara sengaja dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan politiknya. Informasi atau berita yang disajikan oleh media massa yang demikian tidak lagi menganut prinsip keberimbangan atau cover both sides, melainkan hanya berpihak pada kepentingan agenda yang ingin dibuat oleh pemilik media. Tujuannya adalah untuk mempersuasi masyarakat agar mempercayai berita yang telah disajikan, dan membentuk pola pikir masyarakat agar sejalan dnegan apa yang dikendaki oleh media. Padahal seharusnya, melalui tayangan berita, media dapat menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial yang bersifat objektif dan tidak memihak.
Aspek lain yang juga menyedot perhatian beberapa kalangan adalah tayangan hiburan yang ada di media televisi yang dinilai kurang bermutu dan kurang mendidik. Seperti tayangan sinetron yang bergenre mistis, ataupun yang terlalu mendramatisasi kehidupan, acara infotaiment yang menguak kehidupan pribadi selebritis, juga acara komedi yang terkesan menyajikan hiburan dengan menjelek-jelekkan melalui banyolan olok-olokan antar pelawak dan juga bentuk-bentuk pelecehan sertab kekerasan fisik. Tayangan-tayangan tersebut dinilai tidak mendidik, tetapi anehnya masih tetap bertahan. Dan masyarakat terbukti meminati tayangan-tayangan demikian. Para pengusahapun ramai-ramai mengiklankan produknya pada acara-acara demikian. Apalagia acara hiburan semacam ini, kerap kali ditayangkan pada jam-jam prime time. Hal ini membuat acara-acara semacam ini dapat bertahan bahkan persaingannyapun semakin ketat. Inilah yang perlu diperbaiki. Selain memberikan hiburan, tayangan dalam media massa juga harus memuat unsur edukatif yang mencerdaskan pemirsanya. Jadi, media dapat menjalankan keempat fungsinya dengan baik. Dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.
Beberapa contoh kasus di atas merupakan bukti nyata bahwa media massa saat ini sudah keluar dari jalur idealisme. Hanya ada sedikit sekali media yang masih tetap mempertahankan aspek idealisme dan menjalankan fungsinya dengan baik. Tetapi sayangnya media tersebut seolah-olah kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Sehingga masyarakatpun seolah enggan untuk menikmatinya. Justru media-media yang dinilai kurang bermutu dalam menyajikan tayanganlah yang dapat menarik perhatian masyarakat. Idealisme seolah-olah bisa terbeli oleh materi semata. Padahal media sangat berperan besar dalam kehidupan masyarakat, media lah yang menjadi sumber informasi terbesar, media lah yang mampu membentuk pola pikir masyarakat, dan media lah yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku masyarakat dan budaya dalam masyarakat. kehidupan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan dari media massa. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya berjalan seiringan. Tidak hanya masyarakat modern yang tinggal di perkotaan saja, masyarakat pedesaanpun juga tidak dapat mengelak dari terpaan media. Tentu bisa dibayangkan aoa yang akan terjadi pada bangsa Indonesia apabila setiap hati dijejali oleh informasi maupun tayangan yang tidak sesuai dengan idealisme media yang ada.
Disinilah peran pihak-pihak yang berkaitan dipertanyakan. Para elite atau pemerintah, sebenarnya telah memiliki pihak-pihak yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas regulasi dan monitoring atau kontrol terhadap media masa. Seperti KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia. Pemerintah juga memiliki instansi terkait yakni Kementrian Komunikasi dan Informasi.seharusnya mereka dituntut untuk lebih tegas lagi dalam membuat regulasi dan mengontrol jalannya media massa, agar media dapat menjalankan praktiknya secara ideal. Sanksi yang tegas juga harus diterapkan bagi media yang melanggar untuk memberikan efek jera. Mereka pulalah yang layak untuk menjadi opinion leader, terutama Menteri Komunikasi dan Informatika dan ketua Komisi penyiaran Indonesia. Karena mereka bukanlah pihak-pihak yang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh Karena itu mereka dinilai bisa bersikap lebih objektif dan selektif. Selain itu hal ini juga sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan mereka. Merekalah yang bisa berperan dalam mengatur media massa dan merecovery media massa sehingga bisa kembali pada idealisme media.
Tetapi dalam memilih anggota KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan anggota Kementrian Komunikasi dan Informatika, terutama untuk memilih ketuanya, haruslah melalui bebrapa persyaratan ketat untuk melihat tingkat profesionalitasnya. Berikut adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika serta ketua Komisi penyiaran Indonesia yang berperan sebagai opinion leader:
1. Bukan merupakan pemilik ataupun terlibat dalam keberadan media massa tertentu pada masa jabatan. Dengan demikian maka dominasi media massa dan dorongan kepentingan dapat dihindari.
2. Memiliki latar belakang pendidikan ilmu komunikasi dan berpengalaman dalam bidang media massa. Kebanyakan saat ini para pelaku media bukanlah orang yang benar-benar mengerti media massa dan berlatar belakang pendidikan ilmu komunikasi, itulah yang menyebabkan mereka kurang dapat memahami bagaimana idealisme media yangs eharusnya dijunjung tinggi. Oleh karena itu, yang menjadi opinion leader haruslah orang yang benar-benar mengerti media massa dan memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung.
3. Sudah dikenal oleh masyarakat dan memiliki peran yang berpengaruh di masyarakat. seorang opinion leader haruslah seseorang yang sudah dikenal oleh masyarakat dan memiliki peran yang berpengaruh di masyarakat. hal ini bertujuan agar media massa dapat mengikuti apa yang diinstruksikan oleh opinion leader.
4. Memiliki integritas diri yang tinggi. Seorang opinion leader harus memiliki integritas diri yang tinggi, agar intergritasnya tidak dapat terbeli oleh apapun terutama materi.
5. Seorang opinion leader harus bersikap objektif dan selektif dalam menjalankan tugasnya.
6. Seorang opinion leader juga harus tegas dan bertanggung jawab agar disegani oleh masyarakat.
7. Tidak pernah terlibat persoalan hukum apapun.
Dengan adanya persyaratan demikian, maka diharapkan seorang opinion leader dapat menjadi acuan masyarakat khususnya media massa. Para elitepun juga dapat melakukan control melalui keberadaan opinion leader ini. Sehingga media massa dapat berubah ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan idealisme media massa. Selain itu, masyarakat juga harus menjadi pemirsa yang cerdas dan selektif dalam memilih tayangan media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar